Ringan Di Ucapkan , Berat Di Amalkan



RINGAN DIUCAPKAN, BERAT DIAMALKAN

Suatu hari Abdul Wahid bin Zayd mendengar seorang laki-laki sedang beristigfar. Beliau pun kemudian menegurnya, “Hai, tahukah kamu apa makna istigfar?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.”
Maka Abdul Wahid bin Zayd menjelaskannya, “Ketahuilah bahwa istigfar yaitu tobat, dan tobat yaitu sebuah nama untuk enam makna, adalah:

1) Menyesali dosa yang telah lalu;
2) Tidak melakukan dosa lagi di era datang;
3) Menjalankan semua kewajiban antara engkau dan Allah yang pernah kautinggalkan; 4) Mengembalikan nama baik dan harta yang pernah kauambil secara zalim dari orang-orang yang kauzalimi;
5) Menghancurkan semua daging dan lemak tubuhmu yang tumbuh dari barang haram, sehingga tulang dan kulit kembali mirip semula, dan;
6) Memaksa badan untuk merasakan pahitnya ketaatan dan semua jenisnya sebagaimana dia pernah merasakan manisnya kemaksiatan.”

“Siapakah yang mampu melakukan itu?” tanya lelaki itu. Abdul Wahid berkata, “Apabila bajumu baru, sulamlah dengan sulaman yang baru. Jika baju barumu sudah lusuh, percuma saja sulaman lusuh atas baju yang lusuh. Istigfar mirip sulaman. Ketika kau beristigfar, berdoalah: ‘Ya Allah, bahwasanya aku akan menarik diri (dari dosa), maka kuatkanlah aku!”

Kaprikornus, istigfar sejatinya harus diawali dengan penyesalan, mengakui dosa dan memohon maaf kepada pihak yang hak-haknya kita berkelahi. Kepada Tuhan kita ungkapkan penyesalan dengan bersimpuh memohon ampunan-Nya dan kepada hamba-hamba Tuhan kita harus mengaku atas kesalahan dan meminta maaf. Kaprikornus, alangkah lucunya jikalau ada mereka yang mengkorupsi uang rakyat, lalu mensucikan diri dengan berhaji dan berumrah.

Sumber

Subscribe to receive free email updates: