Pesan Perihal Cinta
PESAN SYEKH ABDUL QADIR JAILANI TENTANG CINTA
“Aduhai engkau yang mengaku menyayangi Allah ‘Azza wa Jalla, namun masih juga menyayangi lainnya!Dia-lah yang jernih dan selainnya ialah keruh. Apabila engkau mengeruhkan kejernihan itu dengan mencintai selain-Nya, maka Dia akan membuatmu duka.
Wahai orang-orang yang mencari dunia dengan kemunafikan! Bukalah tanganmu!Engkau tidak akan melihat apa-apa di sana. Celaka engkau! Engkau tidak mau bekerja, engkau hanya makan harta orang lain dengan menjual agamamu.
Wahai orang yang mabukdengan arak dunia, syahwat, dan kepandiran, sebentar lagi kalian akan sadar saat berada di liang kubur.
---Ceramah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada 18 Rajab 545 H. Dikutip dari kitab Fath Ar-Rabani wa Al-Faidh Ar-Rahmani
Allah Ta’alla akan melakukan seperti yang dilakukan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Yakub a.s. Ketika keduanya cenderung kepada anak mereka masing-masing, Dia lantas menguji dengan anak yang mereka cintai itu. Demikian pula terhadap nabi kita, Muhammad saw.
Ketika ia cenderung kepada kedua cucunya, Hasan dan Husein, kemudian Jibril datang dan bertanya kepada ia, “Apakah engkau mengasihi mereka?” Maka beliau menjawab, “Ya!” Lalu, Malaikat Jibril berkata, “Salah seorang dari mereka akan diracuni. Dan yang lainnya akan dibunuh.” Maka saat itu, dia mengeluarkan Hasan dan Husein dari hatinya dan mengosongkannya hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla.
Kegembiraan dengan keduanya berubah menjadi kesedihan terhadap mereka. Allah SWT itu cemburu terhadap hati para nabi, wali, dan hamba-hamba-Nya yang saleh.
Wahai orang-orang yang mencari dunia dengan kemunafikan! Bukalah tanganmu!Engkau tidak akan melihat apa-apa di sana. Celaka engkau! Engkau tidak mau bekerja, engkau hanya makan harta orang lain dengan menjual agamamu.
Bekerja yaitu perbuatan semua nabi. Tak seorang pun dari mereka yang tidak bekerja, dan pada hasilnya mereka mengambil imbalan dari makhluk dengan izin Tuhan mereka.
Wahai orang yang mabukdengan arak dunia, syahwat, dan kepandiran, sebentar lagi kalian akan sadar saat berada di liang kubur.
---Ceramah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada 18 Rajab 545 H. Dikutip dari kitab Fath Ar-Rabani wa Al-Faidh Ar-Rahmani