Memahami Rezeki



Imam Al-Ghazali mengatakan: “Untuk mengatasi hambatan rezeki, bahu-membahu engkau cukup bertawakal dengan sebenar-benarnya, ialah engkau pasrahkan kepada Allah dalam urusan sumber rezeki dan kebutuhanmu, dalam semua keadaan.”
Menurutnya, ada dua alasan mengapa kita harus bertawakal kepada Allah:

1) ”Agar engkau bisa berkonsentrasi penuh beribadah dan berbuat kebaikan lainnya. Sebab, orang yang tidak bertawakal (berserahdiri) pasti lahir dan batinyya lebih sibuk pada urusan mencari rezeki dan kebutuhan dunia lainnya daripada beribadah kepada Allah. Ia memakai tubuhnya untuk bekera sepanjang hari untuk memperoleh nafkah, namun hati dan pikirannya selalu memikirkan rezeki dengan rasa was-was. Padahal, ibadah itu membutuhkan konsentrasi hati dan badan, sementara konsentrasi itu tak bakal terwujud kecuali pada orang-orang yang memasrahkan diri secara total.


2) Meninggakkan sikap tawakal itu membahayakan keyakinan kita. Bukankah Allah telah menyertakan rezeki kepada makhluk-Nya? “Dan bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup awet, yang tidak akan mati.” (QS Al-Furqan: 58). “Dan hanya kepada Allah kalian bertawakal, kalau kalian benar-benar orang yang beriman,” (QS Al-Maidah: 23) Maka, barangsiapa yang tidak memahami ayat ini berarti tidak merasa cukup dengan akad Allah, tidak damai dengan jaminannya, dan tidak puas dengan pembagian rezeki-Nya. Lalu, beliau lalai untuk menjalankan perintah-Nya, lupa komitmen bahaya-Nya. Maka, lihatlah bagaimana kesudahannya orang ini, ujian apa yang bakal dijalani balasan perbuatan semacam ini.
Rasulullah SAW pernah berkata kepada Abdullah bin Umar r.a., “Bagaimana jikalau engkau tinggal di tengah-tengah kaum yang suka menimbun harta mereka selama setahun sebab kurang percaya dan kurang bergantung kepada Allah?”


Hasan Al-Bashri mengatakan, “Allah SWT melaknat kaum yang tidak percaya dengan akad-Nya dalam soal rezeki.”



Diriwayatkan bahwa ada seorang penggali kubur telah bertobat  karena Abu Yaziid al-Busthami. Abu Yazid lalu menanyakan keadaannya, dan penggali kubur itu menjawab, “Aku telah menggali seribu liang lahat dan aku tidak pernah melihat wajah mereka menghadap kiblat, kecuali dua orang lelaki.”
Abu Yazid lalu berkata, “Sungguh kasihan mereka. Wajah mereka dipalingkan dari arah kiblat lantaran meragukan rezeki dari-Nya.”

Seorang sobat aku menuturkan bahwa dalam mimpinya dia melihat seorang yang saleh, dan lalu bertanya kepadanya, “Apakah engkau selamat sebab imanmu?” Orang saleh itu menjawab, “Iman hanya menyelamatkan orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”
Marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala, biar Dia memperbaiki kita dengan anugerah-Nya dan tidak menyiksa kita walau sebenarnya kita memang pantas untuk disiksa. Sesungguhnya Dia yakni Dzat Yang Maha Pengasih dari yang paling pengasih.”

--Dikutip dari Kitab Minhajul ‘Abidin karya Imam Al-Ghazali

Sumber

Subscribe to receive free email updates: