2 Alasan Mengapa Tak Perlu Full Tank Saat Isi Bbm

Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kuningan Jakarta, Sabtu (5/5). Penambahan subsidi solar akan berkisar Rp 500 hingga Rp 1.500 per liter. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Mengisi bahan bakar minyak (BBM) sudah wajib hukumnya bagi pemilik kendaraan. Bahkan ada saja pemilik kendaraan yang kerap mengisi BBM full tank atau sampai penuh.

Berbagai alasan pun muncul ketika selalu mengisi full tank, adalah tak mau bolak balik ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Selain itu ada juga yang menyatakan, isi full tank alasannya adalah jarak SPBU dan kediamannya atau lokasi lainnya cukup jauh.

Meski begitu, ternyata mengisi BBM hingga sampai penuh, bahkan dikala mengisinya hingga meluber, ternyata tidak dianjurkan.

Seperti dilansir Repco Service, Kamis (18/10/2018), isi bensin terlalu penuh bisa menyebabkan panas, sehingga meningkatkan tekanan yang kemudian menjadikan BBM meluber atau overflow (materi bakar ke luar).

Selain itu, mengisi BBM terlalu banyak kerap menciptakan bensin meluber, sehingga berimbas pada rusaknya pada bab cat.

Bahkan, udara yang mudah menguap keluar dianggap mampu mengotori udara.

Maka dari itu, ada baiknya tidak selalu mengisi bahan bakar terlalu penuh sampai berakibat meluber keluar. Sisakan ruang di antara bensin dan kepala tangki.

Selain itu, kalau ada tumpahan bensin, maka segeralah bersihkan sampai kering.

Bolehkah Mencampur Premium dengan Pertamax?

Tak perlu ditepi, masih ada saja pemilik kendaraan yang kerap mengombinasikan bahan bakar.

Mereka beralasan, seperti mencampur RON 88 dengan jenis bensin yang lebih tinggi dapat meningkatkan kualitas materi bakar. Terlebih, waktu yang dilakukan sangat tepat, sebab harga bensin RON 92 sedang tinggi. Atau justru dikala bensin tersebut beda tipis dengan Premium.

Mengutip keterangan dari AstraWorld, ada yang perlu diperhatikan sebelum bergonta-ganti bahan bakar. Pastinya, gunakanlah jenis materi bakar yang sesuai dengan spesifikasi mesin.

Untuk mengetahui hal ini, buku manual bisa menjadi acuan untuk memilih apakah menggunakan bensin RON 88, RON 92, atau RON 95. Ketiga jenis materi bakar itu tentu punya harga yang berbeda. Yang lebih penting RON 92 atau 95 tentu punya kualitas yang lebih baik dibandingkan RON 88.

Pasalnya, kandungan oktan tinggi pada bahan bakar sesuai dengan rasio kompresi mesin yang sekarang sudah semakin tinggi.

Dengan demikian performa mesin lebih responsif karena pembakaran sempurna, dan emisi jadi lebih rendah. Selain oktan, kandungan aditif pada masing-masing jenis juga menentukan kualitasnya.

Dijelaskan, bensin RON 92 atau 95 mempunyai aditif yang berfungsi sebagai pembersih kerak di ruang bakar, sedangkan bensin RON 88 masih memiliki kelemahan yang mampu menyisakan kerak di ruang bakar.

Namun pertanyaan muncul apakah boleh mencampur ketiga jenis bensin tersebut?

Dikatakan, mencampur bensin RON 88 dengan RON 92 atau 95 mengakibatkan aditif tidak berfungsi secara maksimal.

Perbedaan oktan dan zat aditif pada tiap jenis bahan bakar mampu menurunkan kualitas bahan bakar bila bercampur di tangki materi bakar kendaraan.

Umumnya, memakai materi bakar campuran antara RON 88 dengan RON 92 atau 95 akan menghasilkan kualitas materi bakar lebih baik dibanding memakai bensin RON 88 saja. Hanya pada penyesuaian nilai oktan.

Tetapi dari aditif yang ada di bensin RON 92 atau 95 jadi tidak berfungsi secara aktif lagi. Dapat disimpulkan bahwa lebih baik kalau memakai bensin yang nilai oktannya direkomendasikan oleh pabrik kendaraan beroda empat tersebut.

Sumber : https://www.liputan6.com/otomotif/read/3670744/2-alasan-mengapa-tak-perlu-full-tank-dikala-isi-bbm

Subscribe to receive free email updates: